INFEKSI PUERPERIUM
DEFINISI
Infeksi puerperium
merupakan infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama proses
persalinan atau puerperium. Infeksi ini tidak lagi berkaitan dengan insiden
mortalitas puerperium tetapi berkaitan dengan presentase signifikan morbiditas
puerperium.
(Varney, 2008)
FAKTOR PREDISPOSISI
- Persalinan lama terutama dengan pecahnya ketuban
- Pecahnya ketuban yang lama sebelum terjadinya persalinan
- Hematoma
- Perdarahan terutama lebih dari 1000 mL
- Persalinan operatif terutama melalui SC
- Perawatan perineum tidak memadai
- Retensi sisa plasenta atau membran janin
- Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka
- Infeksi vagina atau serviks terutama PMS yang tidak tertangani
- Teknik aseptik tidak sempurna
- Manipulasi intrauteri seperti pengeluaran plasenta manual, eksplorasi uterus
- Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
- Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan terutama terkait pecahnya ketuban
ORGANISME INFEKSIUS
Organisme
infeksius pada infeksi puerperium terdiri dari tiga golongan, yaitu :
- Organisme yang normalnya berada dalam saluran genitalia bawah dan dalam usus besar, Infeksi saluran genitalia bawah
- Bakteri dalam nasofaring, pada tangan penolong yang menangani persalinan, di udara, dan debu lingkungan
- Bakteri dari sumber infeksi pertama adalah bakteri endogen. Bakteri tersebut dapat menjadi patogen hanya jika terdapat kerusakan jaringan atau kontaminasi saluran genitalia dari usus besar
Organisme yang umum pada infeksi puerperium meliputi berbagai spesies Steptococcus (termasuk S. viridans, S. pyogenes, dan S.
agalactiae), Staphylococcus
aureus, Gardnerella vaginalis,
E. colli, spesies Klebsiella, spesies Proteus, peptostreptococci anaerobik, spesies Bacteroides, Ureaplasma,
dan Mycoplasma. Selain itu juga
terdapat Neisseria gonorrhoeae
dan Chlamydia trachomatis yang
dapat menyebabkan infeksi genitalia pasca partum meskipun penapisan pranatal
akan meminimalkan risiko keberadaannya.
TANDA DAN GEJALA
- Peningkatan suhu tubuh
- Malaise umum
- Nyeri
- Lochea berbau tidak sedap (pengeluaran cairan bercampur darah dan nanah yang berbau busuk)
- Peningkatan kecepatan nadi terutama pada infeksi berat
- Leukositisis dapat berkisar 15.000 sampai 30.000 sel/ul.
TEMPAT-TEMPAT INFEKSI
PUERPERIUM
Area
perluasan puerperium meliputi selulitis panggul, salpingitis, ooforitis,
peritonitis, tromboflebitis panggul dan/atau femoral, serta bakteremia.
INFEKSI TRAUMA VULVA,
PERINEUM, VAGINA, DAN SERVIKS
1. Tanda dan gejala infeksi episiotomi, laserasi, atau
trauma lain meliputi :
- · Disuria
- · Nyeri lokal
- · Edema
- · Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi
- · Sisi jahitan merah dan inflamasi
- · Mengeluarkan pus atau eksudasi berwarna abu-abu kehijauan
- · Suhu derajat rendah (jarang > 38.3ºC)
Selain episiotomi atau laserasi, trauma dapat meliputi
memar, abrasi (tanda-tanda gesekan) terlalu kecil untuk dilakukan penjahitan,
dan pembentukan hematoma. Selain itu juga dapat disebabkan oleh objek asing
seperti spons kassa yang tertinggal di dalam vagina.
Penanganan
jahitan yang terinfeksi meliputi :
- · Membuang semua jahitan
- · Membuka, mendebridemen, dan membersihkan luka
- · Memberikan obat antimikroba spektrum luas
2. Endometritis
Tanda
dan gejala endometritis meliputi :
- · Peningkatan demam secara persisten hingga 40ºC (tergantung dari tingkat keparahan infeksi)
- · Takikardia
- · Menggigil dengan infeksi berat
- · Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
- · Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
- · Subinvolusi
- · Lochea sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak sedap, lochea seropurulenta
- · Variabel awitan tergantung pada organisme, streptokokus grup B muncul lebih awal
- · Sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositosis puerperium fisiologis
Penanganan Endometritis
·
Gunakan obat
antimikroba spektrum luas termasuk sefalosporin (misalnya cefoxitin, cefotetan)
dan penisilin spektrum luas atau inhibitor kombinasi penisilin/betalaktamase
(misalnya augmentin, unasyn). Kombinasi
klindamisin dan gentamisin seperti metronidazole digunakan jika ibu tidak
menyusui.
·
Endometritis ringan
dapat ditangani dengan terapi oral meskipun infeksi lebih serius memerlukan
hospitalisasi untuk terapi intravena.
Endometritis yang tidak tertangani dapat menyebabkan :
- · Salpingitis
- · Tromboflebitis septik
- · Peritonitis
- · Fasilitas nekrotikans
Terapi
Untuk kasus infeksi ringan setelah pelahiran pervaginam yang didiagnosis
berdasarkan duh, pemberian obat oral mungkin memadai. Namun untuk infeksi
sedang sampai berat, diindikasikan terapi parenteral dengan pemberian
antimikroba spectrum luas.
Cunningham, 2006
Sumber:
Cunningham, Garry.
2006. Obstetri William Edisi 21 Vol 1.
Jakarta : EGC
Varney, Hellen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol 2.
Jakarta : EGC
3. BREAST FEVER
Pengertian
Kelainan payudara pada masa nifas, yang terjadi 24 jam pertama setelah
sekresi laktasi, payudara meregang, membengkak menjadi keras dan
bernodul-nodul. Terkadang disertai peningkatan suhu badan sesaat antara 37,8 sampai 390C
Penyebab
Demam pada masa nifas
yang disebabkan pembengkakan payudara merupakan hal yang umum. Almeida dan
Kitay (1986) melaporkan bahwa 13 persen wanita postpartum mengalami demam
karena disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh
darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak diproduksi, keadaan putting susu yang tidak bersih menyumbat duktus ASI tidak keluar.
Diagnosa banding
Demam semacam ini biasanya
menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan bila kemungkinan infeksi belum dapat
disingkirkan. Diperlukan beberapa diagnosa banding Untuk membedakan demam yang
terjadi adalah breast fever ataukah infeksi.
- MASTITIS
MASTITIS merupakan
istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya antara lain payudara
memerah, terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila semakin parah, maka suhu
tubuh meningkat hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui,
tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran
B. ABSES payudara
Gejala dan tanda
Yang sering ditimbulkan oleh abses
payudara adalah tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika
disentuh, membengkak,dan nyeri tekan), keluar nanah/pus dari puting, teraba
massa, gejala sistemikberupa demam tinggi, menggigil
PENATALAKSANAAN Breast Fever
- Menyangga payudara dengan bebat atau bra yang pas, menempelkan kompres es dan pemberian analgesik (dengan konsultasi). Pengeluaran ASI secara manual (jika diperlukan.
- Variasikan posisi menyusui. Misalnya menggunakan posisi cradle hold, coba ganti dengan football hold atau menyusui sambil tiduran. Ada juga yang menyusui bayinya sedemikian rupa sehingga dagu si bayi menyentuh bagian yang nyeri. Cara ini mengarahkan bayi untuk menyusui di bagian yang tersumbat dan bisa menghilangkan sumbatannya.
4. MASTITIS
Definisi
peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui
luka pada putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran
darah (sarwono, 2007 : 701).
Epidemiologi
Penyebab umum
- Bayi
tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan
menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
- Lecet
pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk
menyebabkan infeksi mastitis
- Personal
higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
- Bendungan
air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
Penyebab utama
Stasis/bendungan ASI dan infeksi. Bendungan ASI umumnya merupakan
penyebab utama,yang mungkin atau tidak disertai oleh atau berkembang menjadi
infeksi.
Thomsen et al 1984, menghitung leukosit dan bakteri pada ASI pada ibu yang
mengalami mastitis, dan membagi:
- Stasis ASI : Leukosit <106, bakteri <10³/ml ASI
- Peradangannon non infeksi : Leukosit >106, bakteri <10³/ml ASI
- Mastitis terinfeksi : Leukosit >106,bakteri >10³/ml ASI
Tanda & Gejala
•
Gejala mastitis non-infeksius :
•
Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area
nyeri tekan yang akut
•
Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah
nyeri tekan tersebut
•
Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
•
Gejala mastitis infeksius :
•
Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti
flu
•
Ibu dapat mengeluh sakit kepala
•
Menggigil
•
Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 sampai 40 C)
•
Peningkatan kecepatan nadi
•
Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada
payudara
•
Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau
bercahaya (tanda-tanda akhir)
•
Kedua payudara terasa keras dan tegang “pembengkakan”
Cara mengurangi efek mastitis
•
Intervensi Dini
Penatalaksanaan
a. Berikan kloksasilisin
500 mg setiap 6 jam selama 10 hari (sesuai advice dokter)
b. Sangga payudara
c. Kompres dingin
d. Bila diperlukan,
berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam (sesuai advice dokter)
e. Pantau suhu tubuh akan
adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>39 C), periksa kultur susu terhadap
kemungkinan adanya infeksi streptokokal
f. Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus
kecuali jika demam dan gejala berkurang
g. Ikuti perkembangan 3
hari setelah pemberian pengobatan
5. ABSES PAYUDARA
Abses Payudara adalah
komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara/mastitis kronik
Tanda dan gejala abses
• Discharge putting susu purulenta yaitu
keluarnya cairan lewat puting susu baik secara spontan maupun karena adanya
rangsangan pada puting susu dan terdapat pus dengan sel darah putih
• Demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil
• Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan
keras dengan area kulit berwarna berfluktuasi kemerahan dan kebiruan
mengindikasikan lokasi abses berisi pus
Diagnosa (Ditegakkan berdasarkan)
- - Gejala
- - Hasil pemeriksaan fisik
- - Pemeriksaan ultrasonografi
Terapi bedah
1. Insisi abses dan
drainase pus dengan anastesi umum
2. Aspirasi pus dengan
jarum (abses kecil)
3. Antibiotik tetap
dilanjutkan sebagai tambahan untuk
pengobatan secara sistemik.
-
Dukungan untuk menyusui
·
Segera setelah ibu sadar kembali (bila digunakan
anastesi umum), atau segera setelah pembedahan selesai( bila digunakan anastesi
lokal) ibu dapat menyusui kembali pada payudara yang sehat.
·
Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang
terkena.hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali
pembedahan dekat putting susu.
·
Diberi analgesik yang diperlukan untuk mengontrol
nyeri dan memungkinkan menyusui lebih dini( misalnya acetaminophen atau
ibuprofen)
ADA PRODUKSI ASI
·
Penting agar bayi menghisap untuk mencegah stasis ASI
dan berulangnya infeksi
· Bayi tidak mau menhisap atau ibu tidak memungkinkan
menyusui, maka dilakukan
pengosongan dengan memompa dan masase
ASI BERHENTI
·
Penghisapan yang sering untuk merangsang peningkatan
produksi
6. AGALACTIA
•
Pasokan ASI menurun
bahkan tidak ada
•
Suatu kondisi di
nama payudara ibu tidak mensekresi susu setelah kelahiran bayi.
•
Biasanya disertai
peradangan payudara, payudara bengkak dan terasa sakit.
Agalactia sering disebabkan oleh Streptococcus
Agalactiae, *Kuman yang umumnya terkait dengan infeksi pada bayi baru lahir dan ibu hamil dan menyusui.
Penyebab lain:
•
Kegagalan
memberikasn ASI
•
Psikologis ibu
•
Terjadi sumbatan pada
saluran susu
•
Puting susu lecet
atau terluka
•
Breast fever,
mastitis dan abses payudara
Penanganan
- Bayi tetap disusui untuk merangsang pengeluaran ASI
- Gunakan bra yang mendukung
- Jika areola mengeras jangan paksakan untuk menyusui tetapi
berikan kompres hangat
- Untuk mengurangi nyeri lakukan kompres panas dan dingin
secara bergantian
Poligalaktia yaitu Produksi ASI yang banyak sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan pada bayi, dan puting susu yang nyeri pada ibu.
Penyebab:
- Rangsangan payudara yang berlebih
- Efek samping obat
- kelainan
hipotalamus atau kelenjar hipofisis
- Peningkatan
kadar prolaktin, hormon yang menstimulasi produksi susu.
Penanganan:
- posisi
menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayinta
- Berkolaborasi dengan dokter
Air susu membeku dan
terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai tumor kistik.
Terjadinya karena
sumbatan air susu yang merupakan lesi benigna yang luar biasa pada payudara
dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel kuboid. Kista menimbulkan benjolan yang nyeri dan mungkin
pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal serta dapat menyebabkan
terbentuknya fokus indurasi persisten. (Chandrasoma & Taylor, 2006; Kim, 2005; Robbin &
Kumar, 2005; Sjamsuhidajat & Jong, 2004
Penyebab:
•
Tekanan jari ibu
pada waktu menyusui
•
Pemakaian BH yang
terlalu berat
•
ASI yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan
Galactocele
“patogenesis”
Walaupun sangat jarang, ASI
dapat berakumulasi disatu atau lebih lobus mammae akibat penyumbatan duktus
oleh sekret yang mengental. Jumlahnya biasanya terbatas , namun sekret berlebih
dapat terjadi akibat massa berfluktuasi yang mungkin menimbulkan gejala-gejala
penekanan (William, 2005).
Gejala
•
Pada wanita yang
kurus gejala berupa benjolan yang
terlihat dengan jelas dan lunak
•
Payudara pada daerah
yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir
Galactocele “diagnosis”
Skrining sonografi, akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.
(Chandrasoma & Taylor, 2006; Kim, 2005; Robbin &
Kumar, 2005; Sjamsuhidajat & Jong, 2004)
Galactocele
“penanganan”
•
Untuk mengurangi
rasa nyeri dan bengkak dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin
secara bergantian
•
Ibu dianjurka
mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui,
bila payudara masih terasa penuh
•
Ubah posisi
menyusui, untuk melancarakan keluarnya ASI.
•
Program mamografi dan atau USG
•
Bidan merujuk wanita pada ahli bedah
•
Ahli bedah akan
melakukan pemeriksaan FNA. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan suatu zat yang
mengandung susu dan gumpalan lemak secara mikroskopik.
•
Galaktokel memerlukan
aspirasi berulang kali atau dapat sembuh secara spontan. Apabila massa tersebut
tidak hilang setelah diaspirasi, biopsy eksisi dapat dialkukan untuk menyingkirkan
kanker (Costance Sinclair 2003)
Pencegahan
•
Perawatan payudara
pasca natal secara teratur untuk meghindari terjadinya statis aliran ASI
•
Posisi menyusui yang
diubah-ubah
•
Mengenakan BH yang
menyangga
Sumber:
Aggraeni, yetti. 2010. Asuhan
Kebidanan pada Masa Nifas.
Jogjakarta: Pustaka Rihama.
Chandrasoma & Taylor, 2006; Kim, 2005; Robbin & Kumar, 2005;
Sjamsuhidajat & Jong, 2004
Cunningham, Gary. 2009.
Obstetri William Edisi 21 Volume I.Jakarta:
EGC.
Nadesul, hendrawan.
2008. Cara Sehat Menjadi Perempuan.
Jakarta: PT Kompas Media.
Sinsin, Iis. 2008. Masa
Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elix
media Komputindo.